UNSUR-UNSUR
INTRINSIK NOVEL
Judul novel : Bekisar merah
Pengarang : Ahmad Tohari
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Tema : Kehidupan
yang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri/menjual diri.
Alur : Alur yang digunakan dalam novel ini adalah
alur campuran, hal ini terlihat ketika Lasi mengingat masa kecilnya yang penuh
dengan ejekan. Begitu juga beberapa bagian ketika Lasi mengingat
potongan-potongan masa lalu
Latar :
1. Karangsoga. Hal ini terbukti melalui
petikan berikut “Karangsoga adalah sebuah desa di kaki pegunungan vulkanik”
2. Jakarta. Hal ini tergambar dalam
petikan “Menjelang fajar truk sampai di pinggiran kota Jakarta”
3. Kalirong. Hal ini tergambar dari
petikan “Kalirong adalah sebuah sungai kecil yang bermula dari jaringan
parit-parit alam di lereng gunung sebelah utara Karangsoga”
b.
Latar
waktu :
Musim kemarau. Hal ini terbukti
dalam petikan “Musim pancaroba telah lewat dan kemarau tiba. Udara Karangsoga
yang sejuk berubah dingin dan acap berkabut pada malam hari…”
c.
Latar
suasana
1. Gelisah :saat darsah
harus menunggu hujan reda untuk menderes air nira dan ketika ia bersama Handarbeni meminta persetujuan Lasi untuk menikah
dengannya.
2. Semangat : ketika darsah tahu hujan telah reda
3. Sedih : Ketika Lasi tahu Darsah jatuh dan di
tolong oleh mukri,
ketika Lasi di
ejek teman-temannya di katakan lasipang si Lasi anak jepang dan Darsah sedih ketika ia meratapi nasibnya
di tingggal Lasi dan sumber mata pencahariannya harus ditumbang
4. Kebimbangan : karena tidak ada biaya untuk
mengobati darsah di rumah sakit
5. Senang : ketika Kanjat
menikah dengan Lasi
dan mengetahui
kanjat mencintai nya.
Penokohan
1. Darsa
a. Semangat. Hal ini tecermin dalam
petikan “Ia segera bangkit dan keluar dari bilik tidur. Lasi pun mengerti,
suaminya terpanggil oleh pekerjaannya, oleh semangat hidupnya”
b. Berjiwa ksatria. Hal ini dibuktikan
ketika di depan Eyang Mus dia mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya.
Bahkan kemudian dia berniat memperbaiki kesalahan tersebut.
c. Pasrah dan menerima. Hal ini
terlihat dari sikapnya yang menerima ketika sepuluh dari dua belas pohon
ditebang untuk keperluan pengadaan listrik.
d. Bertanggung jawab. Ini terbukti
ketika dia mau menikahi Sipah
2.
Lasi
a. Berani. Hal ini dibuktikan dengan
keberanian Lasi dalam menghadapi tiga anak laki-laki yang mengejeknya.
b. Setia. Hal ini terbukti ketika Darsa
sakit dan terus ngompol pun, Lasi masih selalu menemaninya
c. Polos. Hal ini terlihat ketika dia
baru pertama kali ke Jakarta dan kepasrahannya pada setiap keputusan Bu
Canting.
3.
Kajat
a. Peduli. Hal ini dia tunjukkan
melalui skripsi maupun penelitian yang dia angkat. Dia memiliki tekad yang
besar untuk membawa para penyadap nira ke tataran hidup yang lebih baik.
b. Teguh pendirian. Hal ini dia
tunjukkan, meskipun orang tua tidak setuju dengan apa yang dia usahakan, namun
dia tidak pantang mundur, dia juga tidak gengsi, meskipun dia seorang insinyur,
namun dia tetap dekat dengan masyarakat.
c.
Pengertian. Hal ini dia tunjukkan ketika Lasi bercerita
tentang kehidupannya. dia bisa mengerti dan memahami apa yang menjadi keputusan
Lasi.
Sudut pandang :
sebagai orang
ketiga yang berada diluar cerita
Amanat :
1. Kesetiaan
pada istri walaupun untuk membalas budi seharusnya ia tidak berkhianat
2. Harus
berjuang dalam menjalani hidup dan jangan pernah menyerah
Sinopsis novel :
Karangsoga
merupakan salah satu desa di kaki pegunungan vulkanik. Mayoritas masyarakatnya,
yang laki-laki adalah seorang penderes nira. Karena ketergantungan mereka
terhadap nira, dan tak memiliki pekerjaan lain, maka masyarakat Karangsoga
kebanyakan hidup dalam kemiskinan.
Salah satu
penderes tersebut bernama Darsa, dia seorang lelaki muda yang beristrikan Lasi,
seorang wanita yang cukup cantik. Namun dulu ketika Lasi kecil, sering
berhembus kabar kalau dia itu anak haram jadah, ibunya diperkosa oleh Jepang.
Maka tak heran kalau secara fisik dia sangat cantik dengan mata kaput. Setelah
dia dewasa kecantikan Lasi bahkan membuat banyak lelaki terpana, untuk itulah
Darsa menjadi sangat beruntung.
Namun, di
antara perasaan beruntung tersebut dia juga merasa cemas atas celoteh
orang-orang yang menyebutkan bahwa Lasi lebih pantas untuk menikah dengan
lurah. Tiga tahun perkawinan mereka pun, mereka belum dikaruniai anak. Ini
sangat dipikirkan Darsa suatu ketika, kala dia menderes. Hingga kemudian
jatuhlah ia dari pohon kelapa.
Memang tak
ada luka parah yang terlihat, namun kemudian untuk memastikan keluarga
membawanya ke rumah sakit. Ternyata Darsa terus saja ngompol. Rumah Sakit
meminta Lasi untuk membawanya ke rumah sakit yang lebih besar dengan biaya
besar pula, namun dengan persetujuan keluarga mereka akhirnya memilih untuk
merawat darsa di rumah, karena tak tersedia banyak biaya.
Dalam
sakit, Darsa berubah sikap, dia mulai sering marah-marah. Hal ini membuat Mbok
Wiyarji, menantunya berkeluh kesah pada Eyang Mus. Dia bahkan menginginkan Lasi
menikah dengan mantan gurunya. Hal ini tentu ditolak mentah-mentah oleh Eyang
Mus. Dia mengingatkan untuk ikhtiar. Maka Mbok Wiyarji mengatakan bahwa Darsa
sudah ditangani oleh Bunek, seorang Dukun Bayi. Setengah tahun tak berdaya,
akhirnya Darsa mengalami kemajuan dia sudah tidak lagi ngompol. Dia juga sudah
bisa melakukan pekerjaannya yang dulu, hanya saja, memang masih perlu sering
terapi.
Namun
semenjak Darsa sembuh, masalah Lasi justru rumit, dia mendengar bahwa anak
Bunek memaksa kawin Darsa. Kontan saja, hal ini menimbulkan spekulasi
masyarakat. Maka, Bunek pun buka suara, dia tanpa rasa bersalah menejelaskan
bahwa dia hanya minta tolong Darsa karena dia sudah menolong Darsa. Menghadapi
kenyataan ini Lasi tak kuat, maka dia pun kemudian memutuskan kabur, ikut
tetangganya, seorang sopir truk, ke Jakarta.
Sampai di
Jakarta, Lasi membantu Bu Koneng di warung makan. Dia tidak ingin pulang ke
kampungnya lagi. Dia tak kan mengindahkan sopir yang membawa dia ke Jakarta. Di
tempat lain, Darsa merasa sangat kehilangan Lasi, dia juga merasa sangat
bersalah karena telah melakukan perbuatan yang seharusnya tidak dia lakukan.
Sementara
itu Kanjat yang yang sedang menyelesaikan skripsi mengangkat seputar kehidupan
masyarakat penyadap nira. Dia merasa banyak yang tidak adil dalam sistem
penjualan gula merah. Petani sangat dirugikan, dengan segala resiko dan
kesulitan, harga gula enak saja diatur oleh para tengkulak. Hal ini lah yang
menyulut kepedulian Kanjat untuk terus menyelesaikan skripsinya.
Lasi
sendiri setelah lama bersama Bu Koneng, dia bertemu dengan Bu Lanitng. Bu
Koneng ternyata tidak sebaik yang Lasi kira. Selama ini memang, dia tidak
menjajakan Lasi kepada para lelaki, namun nyatanya, dia menyimpan Lasi, hingga
kemudian datang Bu Lanting. Bu Lanting sendiri adalah orang yang mencarikan
gendik keturunan Jepang bagi para pejabat. Semacam geisha. Atas bujuk rayu Bu
Lanting lah, akhirnya Lasi tinggal bersama bu Lanting. Di sana dia dipoles
sedemikian rupa sehingga makin hari makin cantik.
Akan
tetapi, hal itu tidak serta merta membuat Lasi bahagia. Dia masih terus
terkenang dengan desanya. Hingga suatu ketika Bu Lanting bertemu dengan Pak
Handarbeni, salah satu direktur sebuah perusahaan asing yang dinasionalisasi.
Sampai satu ketika Bu Lanitng meminta Lasi menemui laki-laki, yang tak lain
adalah Pak Handarbeni. Dia diminta memakai kimono, namun belum juga tamu itu
datang, dia sudah dikejutkan oleh kadatangan Kanjat, laki-laki yang dulu sudah
dianggapnya sebagai adik.
Ketika
Kanjat berlalu ada perasaan kehilangan dalam diri Lasi. Namun perasaan itu
cepat-cepat menghilang, karena tamu yang sedianya datang ternyata benar memang
sudah datang. Di lain pihak, dalam perjalanan pulang, Kanjat tak henti-hentinya
memikirkan Lasi, bahkan Pardi, si sopir truk pun, kemudian menggodanya untuk
segera menikahi Lasi, terlebih ketika dia tahu sekarang Lasi sudah menjelma
menjadi wanita yang sangat cantik.
Beberapa
hari kemudian, Bu Lanting pun meminta kesanggupan Lasi untuk menjadi istri Pak
Handarbeni. Tentu saja hal ini cukup mengejutkan. Dia dihadapkan pada
permasalahan pelik, namun dia tak punya pilihan. Selama ini dia telah banyak
menerima kebaikan Bu Lanting. Dia tak bisa menolak Pak Handarbeni, meskipun
hatinya berontak.
Suatu
lebaran Lasi pulang ke kampung, namun sikapnya begitu dingin. Dia hendak
menceraikan Darsa. Sementara itu Kanjat yang sudah lulus kuliah merasa kosong.
Namun, berkat Doktor Jirem, dia berusaha berbuat banyak untuk kampungnya,
memikirkan nasib para penyadap nira. Dia membentuk tim peneliti.
Kabar
mengenai Lasi yang sudah janda, akhirnya sampai juga ke Kanjat. Dia kemudian
menemui Lasi dengan maksud ingin melamarnya. Namun tak dinyana, Lasi tak bisa
menerima lamaran itu dengan berat hati. Dia sudah terikat oleh Pak Handarbeni,
meskipun dalam hati, dia juga menyukai Kanjat.
Di
Jakarta, hubungan antara Lasi dan Pak Handarbeni tak berjalan harmonis,
ternyata Pak Han orang yang impoten, untuk memenuhi kepuasan Lasi, Pak Han
bahkan menawarkan ide gila. Lasi boleh berhubungan denbgan lelaki mana yang dia
suka. Hal ini membuat Lasi terkejut dan marah, untuk itulah dia kemudian
berpikir untuk bercerai. Maka ketika dia pulang kampung, hal ini diutarakannya
kepada Kanjat. Kanjat tak menjawab. Mereka kemudian justru mendiskusikan soal
listrik yang masuk desa, dan membuat pohon-pohon kelapa para penyadap
ditumbangkan.
Hal ini
menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi Kanjat. Dia bimbang apakah harus
meneruskan hasratnya terhadap Lasi, sementara di lain pihak, Darsa membutuhkan
keberpihakan dan juga dukungan dari Kanjat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar